Satukata.co, Samarinda – Angka stunting di Kalimantan Timur (Kaltim) masih menjadi yang tertinggi di Indonesia dengan persentase 23,9 di tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak anak-anak di wilayah ini yang mengalami gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, Puji Setyowati, mengatakan bahwa salah satu faktor penyebab tingginya angka stunting di Kaltim adalah kurangnya pendataan yang detail dan akurat tentang status kesehatan anak-anak, terutama yang berasal dari pendatang baru.
“Kami minta pemerintah melakukan skrining ketat terhadap pendatang baru yang memasuki wilayah Kaltim, baik itu dari luar provinsi maupun luar negeri. Karena mereka bisa membawa masalah gizi yang berdampak pada stunting,” ujarnya di Samarinda, Jum’at (20/10/2023).
Puji Setyowati menambahkan bahwa pemerintah juga harus meningkatkan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang bagi ibu hamil dan anak-anak. Selain itu, pemerintah harus memastikan ketersediaan dan aksesibilitas fasilitas kesehatan dan layanan perawatan kesehatan yang berkualitas di seluruh wilayah Kaltim.
“Kami sering mendengar ada kasus kematian ibu hamil yang datang ke Samarinda tanpa surat-surat. Ini menunjukkan adanya ketimpangan dalam pelayanan kesehatan antara daerah perkotaan dan pedesaan. Padahal, kesehatan ibu hamil sangat berpengaruh pada kesehatan anak yang dilahirkan,” paparnya.
Puji Setyowati berharap bahwa dengan adanya Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang baru dilaksanakan, pemerintah dapat memiliki data yang lebih lengkap dan valid tentang kondisi kesehatan masyarakat Kaltim, khususnya anak-anak. Dengan begitu, pemerintah dapat merumuskan strategi dan program yang tepat untuk menurunkan angka stunting di Kaltim.
“Penanganan stunting adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Kami dari DPRD Kaltim akan terus mengawasi dan mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk Kaltim, terutama dalam hal kesehatan,” tutupnya.
(MF/Adv)