Satukata.co – Beberapa gudang distributor minyak goreng di Kota Samarinda kehabisan stok. Hal tersebut diketahui usai Pemkot dan Polresta Samarinda melakukan pemantauan ke sejumlah distributor minyak goreng sekitar Komplek Pergudangan.
Kebutuhan masyarakat terhadap minyak goreng saat ini sangat dibutuhkan. Kelangkaan minyak goreng pun diduga karena adanya pembatasan pengambilan dari pabrik pusat.
Selain itu, kemungkinan karena adanya keterlambatan pengiriman dari pabrik terhadap distributor. Akibatnya stok yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Media ini pun menemui beberapa distributor minyak goreng di sekitar Komplek Pergudangan. Salah satunya CV Karya Brima, yaitu distributor minyak goreng sania dan sofia.
Koordinator CV Karya Brima, Abdul Halim mengatakan bulan ini pihaknya hanya mendapatkan sekitar 2 kontainer minyak goreng sania dan sofia. Sebelumnya, bisa mendapatkan hingga 6 kontainer dalam sebulan.
“Minyak goreng ini kita ambil dari PT Wilmar, tidak ambil di mana-mana. Yang awalnya 6 kontainer, bulan ini kita hanya mendapat 2 kontainer. Dalam 1 kontainer berisi 1.260 dus. Kita juga tidak tahu bulan depan di kasih berapa kontainer,” ungkapnya, Jumat (25/2/2022).
Keadaan seperti ini terjadi ketika kondisi minyak goreng melambung tinggi lalu diturunkan pemerintah dengan standar penjualan hanya Rp 13 ribu per liternya. Kondisi tidak normal seperti ini sudah berjalan sekitar 2 bulan, tepatnya dari Januari 2022.
“Saat ini stok kita kosong, benar-benar mempengaruhi pendapatan karena keuntungan dihitung dari margin. Kalau kondisi nggak ada minyak, kita jualan apa. Sedangkan karyawan tetap dibayar tanpa adanya pengurangan,” ucapnya.
Selanjutnya, hal serupa juga dirasakan oleh distributor minyak goreng Sanco yakni CV Rajawali yang lokasi gudangnya berada di Komplek Pergudangan.
Dibenarkan Koordinator CV Rajawali Daniel, saat ini pihaknya masih menunggu pengiriman stok minyak goreng dari Surabaya, dalam hal ini adalah PT Musimas.
“Saya nggak tau apa masalahnya, yang jelas bulan ini baru masuk 1 kontainer berisi hingga 1.600 karton. Kami sudah mengajukan PO tapi belum ada jawaban dari pabrik, kemungkinan akan diproses Maret 2022,” terangnya.
Saat ini, CV Rajawali masih memiliki ketersediaan minyak goreng sekitar 750 hingga 800 karton. Akan tetapi, stok yang tersedia di gudang merupakan pesanan orang lain.
“Stok di sini sudah pesanan orang. Belum diantar karena armada kita terbatas, kira-kira sekitar 2 – 3 hari akan tersalur semua. Kalau dari pabrik itu sebenarnya nggak ada pembatasan pengambilan, hanya saja sampai saat ini PO saya belum dilayani,” jelasnya.
Berbeda dengan keduanya, distributor minyak goreng Rose Brand dan Tawon yakni PT Sungai Budi yang juga berada di Komplek Pergudangan justru masih memiliki stok hingga seminggu ke depan.
Di tempat berbeda, Kepala Cabang PT Sungai Budi Aditya mengatakan ketersediaan minyak goreng di gudangnya masih ada namun tidak banyak. Yang jelas, stoknya masih mencukupi selama seminggu ini.
“Kita juga sudah PO, kemungkinan minggu depan sudah datang barangnya. Menunggu kiriman dari pabrik PT Tunas Baru Lampung. Kita juga akan mengusahakan ketika ada stok langsung melakukan pengiriman sesuai permintaan,” paparnya.