Satukata.co – Gejolak kenaikan harga pangan berbahan dasar kedelai seperti tahu dan tempe merupakan masalah yang tidak bisa dihindari, karena adanya sejumlah faktor langsung dari pasar internasional.
Pertama, adanya ganguan cuaca di Amerika Latin yang menyebabkan perkiraan produksi kedelai di negara produsen seperti Brazil menurun termasuk juga Argentina yang menyebabkan tidak pastinya suplai.
Kemudian di China sekarang ini menjadikan kedelai sebagai bahan makanan yang diberikan kepada babi untuk dapat menghasilkan kualitas baik. Artinya permintaan kedelai di sejumlah negara memangg tinggi dan perlu diingat bahwa itu adalah bagian dari hukum pasar.
“Kalau permintaan tinggi pasti harga naik. Sementara kita kalau Menteri Perdagangan memang 90 persen dari luar. Jadi kenaikan harga tahu tempe karena memang suplainya sedikit,”kata Robyan Noor, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (Disperindagkop), Rabu (1/3/2022).
Ditegaskannya jika melihat ketersediaan pasok di Kaltim masih cukup aman untuk terus dilakukan produksi tahu dan tempe meski ukurannyay berbeda dari sebelumnya.
“Untuk gejolak saat ini di Kaltim dinilai masih aman saja. Hanya memang ukurannya sedikit mengecil. Tapi kita tetap mencoba mempertahankan harganya agar bergerak diantara Rp 11.000 dan Rp 13.000,”pungkasnya.