SatuKata.Co, Samarinda – Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kota Samarinda, Sani Bin Husain, menyampaikan kekhawatiran terhadap tren film horor yang menggabungkan unsur ibadah dalam narasinya. Menurut Sani, praktik ini dapat dianggap sebagai penistaan terhadap nilai-nilai agama.
Dalam wawancara terbaru, Sani mengungkapkan bahwa film-film horor yang memasukkan elemen salat dan ibadah umat Islam telah menimbulkan rasa tidak nyaman di kalangan masyarakat. “Sebagai penikmat film, saya merasa terganggu dengan film-film yang mempertontonkan ibadah dalam konteks yang menakutkan,” ujar Sani.
Kekhawatiran Sani tidak hanya berhenti pada rasa tidak nyaman, tetapi juga pada dampak sosial dan psikologis yang lebih luas. Ia percaya bahwa penggambaran ibadah dalam film horor bisa mengganggu keyakinan dan kepercayaan umat Islam serta menciptakan ketakutan yang tidak perlu terhadap praktik keagamaan.
Sani menegaskan bahwa langkah pembatasan pemutaran film-film tersebut bukanlah upaya sensor atau pembatasan kebebasan berekspresi. “Ini adalah tentang melindungi nilai-nilai keagamaan dan kesejahteraan mental masyarakat,” tegasnya.
Lebih lanjut, Sani yang juga menjabat sebagai Ketua Fraksi PKS, menyerukan diskusi mendalam tentang batasan dalam seni dan hiburan. Ia menekankan pentingnya menjaga sensitivitas terhadap keyakinan dan nilai-nilai keagamaan dalam pembuatan konten media.
“Harapan kami, film-film yang diputar di bioskop dapat menghibur dan sejalan dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, tanpa menimbulkan konflik atau ketakutan,” tutup Sani.
Pernyataan Sani ini menambah panjang daftar diskusi tentang hubungan antara seni, hiburan, dan nilai-nilai keagamaan di Indonesia. Dengan meningkatnya kepedulian terhadap isu ini, diharapkan tercipta keseimbangan antara kebebasan berekspresi dan penghormatan terhadap keragaman keyakinan di masyarakat. (Adv)
(MF)