Khairul Fahmi, seorang pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), menekankan perlunya perbaikan dalam tata kelola alutsista, meliputi pembelian, perawatan, pemeliharaan, dan kesiapan personel. Fahmi mengingatkan bahwa insiden kecelakaan pesawat TNI bukanlah kejadian yang terisolasi, dan pembenahan menyeluruh perlu dilakukan untuk mencegah kecelakaan berulang.
TNI AU saat ini masih melakukan penyelidikan terkait kecelakaan tersebut. Sebelumnya, insiden serupa terjadi pada pesawat militer lainnya, termasuk helikopter latih milik TNI AD di Kabupaten Bandung pada Mei 2023, pesawat tempur T-501 Golden Eagle di Blora, Jawa Tengah pada Juli 2022, dan pesawat latih TNI AL Bonanza G-36 di Selat Madura, Jawa Timur beberapa bulan setelahnya.
Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal TNI Fadjar Prasetyo, menyatakan bahwa dua pesawat tempur taktis EMB-314 Super Tucano jatuh di Pasuruan. Menurutnya, penyelidikan sedang berlangsung untuk mengungkap penyebab kecelakaan tersebut.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsma R Agung Sasongkojati, menjelaskan kronologi kejadian bahwa empat pesawat Super Tucano melakukan latihan formasi setelah lepas landas dari Lanud Abdulrachman Saleh di Malang. Namun, dua di antaranya, dengan nomor registrasi TT-3111 dan TT-3103, kehilangan kontak sekitar 20 menit setelah lepas landas.
Keempat prajurit TNI yang berada di pesawat tersebut, Letkol (Pnb) Sandhra Gunawan, Kolonel (Adm) Widiono, Mayor (Pnb) Yuda A Seta, dan Kolonel (Pnb) Subhan, meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut. Meskipun kondisi kedua pesawat dianggap baik dan layak terbang, penyebab kehilangan kontak masih menjadi fokus penyelidikan. “Sedang latihan formasi secara rutin. Kedua pesawat ini pada saat terbang dalam kondisi baik, tidak ada masalah,” ujarnya.