SatuKata.Co, Gelombang investasi yang terus mengalir ke Kalimantan Timur membawa tantangan dan peluang baru bagi ekonomi daerah. Namun, bagi Sapto Setyo Pramono, anggota DPRD Kaltim, arus dana triliunan rupiah itu tak boleh sekadar menjadi berkah bagi investor luar. “Pelaku usaha lokal harus lebih agresif. Jangan sampai kita hanya jadi penonton,” ujar politisi yang kerap vokal menyuarakan aspirasi ekonomi rakyat ini.
Dengan rata-rata Rp70 triliun investasi masuk ke Kaltim setiap tahun, Sapto menilai ada potensi besar yang dapat digarap, terutama untuk memperkuat posisi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal. Namun, ia tak menutupi kekecewaannya atas fakta bahwa banyak proyek infrastruktur besar justru dikuasai kontraktor luar daerah.
Sapto menyoroti minimnya keterlibatan UMKM lokal dalam berbagai proyek pembangunan di Kaltim. Bagi Sapto, ini bukan sekadar soal persaingan, melainkan soal keadilan. “Banyak proyek yang potensial bagi kontraktor lokal, tetapi kalah dalam perang harga atau terkendala akses. Kita harus hentikan praktik-praktik yang tidak sehat ini,” katanya tegas.
Ia mendesak pemerintah daerah untuk lebih serius memberdayakan UMKM dengan kebijakan afirmatif yang jelas. “Kita butuh regulasi yang memprioritaskan pelaku usaha lokal, sekaligus membangun kapasitas mereka agar bisa bersaing,” tambahnya.
Proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi sorotan utama Sapto sebagai peluang strategis bagi UMKM Kaltim. Dengan masifnya pembangunan di kawasan tersebut, Sapto percaya ini adalah momen bagi UMKM untuk naik kelas. Namun, ia juga mengingatkan bahwa peluang ini tak akan datang begitu saja.
“Pemerintah harus hadir sebagai fasilitator. Kebijakan yang berpihak pada UMKM adalah kunci agar mereka bisa ikut berperan dalam proyek-proyek besar terkait IKN,” ujarnya. Menurut Sapto, dukungan ini tak hanya berupa akses proyek, tetapi juga pelatihan, pendampingan, hingga kemudahan akses pembiayaan.
Baginya, kolaborasi adalah kunci dari pembangunan ekonomi yang inklusif. Ia mengajak pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk duduk bersama membangun ekosistem bisnis yang kondusif. “Ini bukan hanya tentang UMKM, tetapi tentang masa depan ekonomi Kaltim. Kita perlu memastikan pembangunan ini berkelanjutan dan bisa dinikmati semua pihak,” ujarnya.
Sapto menutup pernyataannya dengan nada optimistis, meski tetap realistis. “IKN adalah peluang emas, tapi peluang itu harus diperjuangkan. Jika kita bergerak bersama, Kaltim tak hanya akan tumbuh, tetapi juga adil bagi semua.”
(MF/Adv/DPRDKaltim)